Kamis, 16 April 2015

Anak Tunggal Bapakku




Hujan di malam hari

Harinya di ujung kota

Kota kaya akan suara dunia

Kota dengan lilitan riuh tawa suka

Di tenpat seperti itu, di batas pinggiran sungai




Tertegun dagu sayu mata memandang

Pandangan yang terbiasakan, halu halang rintang di depan

Banyak hilir sapa, tak sampai dihiraukan

Banyak beriring celoteh kampung, tak pernah telinga dengar




Di ujung kota, berjuang untuk harapan

Sakit rasa, batin, mata, juga telinga

Hanya sebagai permata yang melilitnya

Semua itu untuk jadi sebuah percobaan, untuk jadi sebuah rangkaian

Dan akan jadi sebuah jalan

0 komentar: